Sebuah hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of California, San Francisco, baru-baru ini menyebutkan bahwa usaha menambah berat badan tak selalu berarti dilakukan dengan peningkatan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Namun kadangkala diperlukan sesuatu, seperti obat-obatan atau nutrisi lain, yang bisa membantu mengontrol berat badan.Dalam penjelasannya di Jurnal Cell Metabolism, para peneliti tersebut mengatakan bahwa serotonin, yang diketahui berfungsi sebagai pengontrol nafsu makan dan penambahan lemak, sebenarnya memiliki dua saluran ’sinyal’ yang berbeda.
Satu set saluran sinyal itu mengatur nafsu makan dan yang lain pengontrol penyimpanan lemak. Sinyal yang diterima oleh masing-masing saluran tersebut dikontrol oleh neuron di otak, yang menginstruksi tubuh untuk membakar makanan atau menyimpan lemak.
Jika mekanisme dalam saluran itu digambarkan, sasaran obat-obatan penurun berat badan itu ditujukan lebih pada saluran pengurangan lemak dan bukan mengurangi rasa lapar, yang pada kenyataannya jarang berhasil, kata pimpinan penelitan tersebut, Kaveh Ashrafi.
“Hal itu bukan berarti bahwa pemberian makanan tak penting. Kontrol lemak yang dimiliki oleh serotonin itu berbeda dengan pemberian makanan. Strategi pengurangan berat badan hanya berfokus pada makanan yang boleh Anda konsumsi. Itulah sebabnya kenapa usaha untuk diet seringkali gagal,” tegasnya.
Penemuan itu tak melawan pandangan bahwa rasa lapar, nafsu makan dan kegemukan adalah saling terhubung di bawah pengaruh serotonin dan pengirim sinyal yang lain, yang terhubung dengan neuron yang ada di otak. Namun penemuan itu menunjukkan bahwa ada pengaruh yang lainnya.
Beberapa obat penurun berat badan telah dikembangkan untuk meningkatkan jumlah serotonin, sehingga menekan nafsu makan. Namun hal itu malah menimbulkan masalah, kata Ashrafi.
Obat-obatan tersebut ditujukan untuk memblokir jalur sinyal pengurangan lemak yang terpisah di otak, yang sebenarnya berguna untuk mengontrol kegemukan, penyakit diabetes tipe 2, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan lain-lain.
“Obesitas dan problema terlalu kurus tak semata-mata disebabkan oleh pola makan. Namun lebih dari itu, pola makan dan pengontrolan lemak juga diatur oleh sistem syaraf lain yang berfungsi untuk merespon adanya ketersediaan nutrisi dalam tubuh,” kata para peneliti tersebut.