Warung Internet

Dunia yang asik untuk berbagi...

Pada tanggal 19 November 2012 DD akan ganti template, jadi jika kamu mengalami gangguan pada tanggal itu Admin mohon maaf | Mohon maaf untuk sementara artikel Humor dan Cermis belum bisa diposting. InsyaAllah akan mulai berjalan normal pada awal bulan desember 2012 |

Kamu suka artikel ini? Klik "Like" dan +1!


Hasil survei Komisi Perlindungan Anak (KPA) terhadap 4.500 remaja mengungkap, 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi dan 93 persen pernah berciuman bibir.

Survei yang dilakukan di 12 kota besar belum lama ini, juga menunjukkan 62,7 persen responden pernah berhubungan badan dan 21 persen di antaranya telah melakukan aborsi.

Hasil survei di atas dikuatkan dengan fakta, puluhan siswa SMP di Bandung, Jawa Barat, telah berprofesi menjadi pekerja seks komersial (PSK). Yang lebih mencengangkan, data yang dihimpun program Save The Children Jawa Barat ini, menunjukkan di antara para PSK remaja tersebut cukup dibayar dengan pulsa telepon selular.

Fenomena ini cukup menjadi alasan kuat semua pihak untuk mencemaskan masa depan generasi penerus bangsa. Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief menyatakan, fenomena ini menunjukkan remaja mengetahui proses reproduksi hanya sebatas hubungan badan.

"Mereka tidak paham betul apa itu kesehatan reproduksi. Jadi melakukannya pun hanya untuk bersenang-senang," jelas Giri kepada okezone.

Giri menambahkan, seharusnya para remaja mengetahui risiko yang akan mereka hadapi jika melakukan hubungan seks. Yang paling utama adalah kehamilan. Sebagai tindakan pencegahan dan penanggulangan masalah seks bebas di kalangan remaja Indonesia, BKKBN telah melakukan program pengenalan kesehatan reproduksi secara keseluruhan. "Jadi kemasannya bukan dalam pendidikan seks,"imbuhnya.

Program ini dimasukkan ke dalam kurikulum-kurikulum sekolah. Selain itu, BKKBN juga telah membuat pusat informasi dan konseling remaja yang tersebar di 9.580 lokasi di seluruh Indonesia. Pusat informasi mengemban tugas untuk memberi sosialisasi tentang kesehatan reproduksi. Giri berharap, pusat-pusat informasi ini akan bertambah banyak agar tujuan pendidikan kesehatan reproduksi pun tercapai.

"Kesehatan reproduksi diberikan Tuhan kepada manusia untuk digunakan sesuai fungsinya, bukan sekadar bersenang-senang,"

Jika kamu suka artikel ini, sumbangkan komentar kamu

Pembaca yang baik adalah pembaca yang meluangkan sedikit waktunya untuk memberikan komentar tentang apa yang telah dibacanya... :)