Cerita ini diawali dari perayaan Idul Adha pada kampung di pinggir sebuah kota besar. Seperti biasa, Orang-orang kaya di kampung itu selalu berlomba-lomba memberi sapi dan kambing sebagai korban. Dan sesuai dengan kebiasaan pula, sesudah Maghrib selalu diadakan semacam perayaan dan pengajian Idhul Adha.
Seorang ustad yang cukup terkenal didatangkan dari kampung lain untuk memberi ceramah. Sesudah dipanggil oleh pembawa acara, sang ustad naik ke mimbar. Ustad itu mengenakan baju muslim lengkap. Baju koko yang disetrika licin, sarung, dan peci telah terpakai manis di tubuhnya.
Sambil tersenyum, sang ustad tadi bertanya kepada yang hadir di situ, “Coba tebak, apa agama saya?” Sambil senyam-senyum hadirin itu serentak menjawab “Islaaam..” Lalu Ustad melepas pecinya. Kemudian bertanya lagi, “Apa agama saya?” Hadirin pun menjawab lagi, “Islaaam..”
Sang ustad melepas baju kokonya dan berganti dengan tshirt lusuh. Tidak hanya itu, ia juga melepas sarungnya. Ternyata dia masih menggunakan celana pendek selutut di balik sarung tersebut. Sekarang sang ustad hanya memakai tshirt lusuh dan celana pendek selutut.
Kemudian ia melontarkan pertanyaan retoris pada hadirin, “Apakah anda semua masih yakin saya Islam?”. Belum sempat para hadirin menjawab, sang ustad berkata lagi, “Seperti inilah cara Tuhan melihat umatnya… khotbah selesai, sekian dan terima kasih.” Sambil tersenyum ustad itu turun dari mimbar diiringi puluhan mata yang menatapnya sambil tertegun dan bingung.