Kepala lelaki perkasa itu tertunduk lesu di depan cermin. Dilihatnya sekali lagi wajah dirinya dan kekasihnya yang tercetak di foto beberapa bulan yang lalu. “Aku dulu..” ia tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya. Tak terasa, lelehan air mulai mengalir di sudut-sudut kelopak mata.. makin deras.. dan deras.. “Aku mencintaimu sayang.. tapi entah, apakah aku masih sanggup melakukannya untukmu.”
Lelaki itu seorang prajurit. Seminggu yang lalu negara mengirimnya ke sebuah medan pertempuran. Dalam sebuah pertempuran tersebut, sebutir mortir membuat kamp tempat tinggalnya terbakar hebat. Beberapa orang masih hidup, termasuk prajurit itu.. sekalipun luka bakar memakan habis wajah dan sebagian tubuhnya.
“Kriiiiing..!!!” tiba-tiba telepon di samping lelaki itu berbunyi. “Halo.. ini aku sayang..” terdengar suara seorang wanita di telepon itu. “Kapan kamu pulang? bukankah kamu sudah berjanji akan menikahi aku setelah pulang nanti?” wanita itu melanjutkan pembicaraannya. “Tapi..” Jawab si prajurit. “Aku sudah tahu semuanya..” Tiba-tiba sang wanita menyahut.
Dua minggu kemudian prajurit itu pulang ke negara asalnya. Setelah mendapatkan perawatan yang cukup intensif di rumah sakit lokal, ia diperbolehkan pulang dan beristirahat di rumah. Lalu, pesta pernikahan pun digelar dengan meriah.. sekaligus mengharukan. Sebuah pesta yang selalu menjadi inspirasi bagi orang-orang yang menghadirinya.. sebuah pesta kemenangan cinta.. sebuah pesta kemenangan hati.