Banyak orang memilih diam dan menyimpan amarah saat bertengkar. Bahkan banyak pula yang menghindari pertengkaran dengan alasan menjaga keutuhan hubungan.
Wah, sudah bukan zamannya lagi takut dengan pertengkaran. Toh, menyimpan amarah, mendiamkan, berpura-pura semua baik-baik saja, berpura-pura semuanya seiring sejalan, berpura-pura tidak terbetik pikiran apa-apa saat suatu persoalan datang, takkan menyelesaikan persoalan itu sendiri.
Itu sebabnya, bertengkar diperlukan. Bahkan kadang bertengkar malah bisa merekatkan jiwa. Coba ingat apa yang Anda dan pasangan lakukan saat bertengkar? Anda berdua pasti berusaha menyatakan bahwa masing-masinglah yang paling benar dengan mengajukan berbagai argumen.
Tambah mesra
Saat bertengkar, kita tidak memberi ruang untuk berbasa-basi. Kita hanya mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan hati. Makanya, pertengkaran bisa menjadi sarana untuk belajar tentang apa yang disukai dan tidak disukai pasangan.
Menurut para psikolog, bertengkar bisa menjadi salah satu cara untuk menambah kemesraan dengan pasangan. Bagaimana tidak? Setelah bertengkar dan hubungan membaik lagi, biasanya kita akan makin mesra dan lengket. Bahkan, ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa tidak pernah bertengkar sama buruknya dengan konflik yang konstan.
Namun, bukan berarti untuk mesra Anda dan pasangan harus selalu bertengkar. Pertengkaran yang terjadi terus-menerus juga tak baik bagi cinta Anda berdua. Pasti ada efek negatifnya. Hubungan lama-lama bisa retak. Bisa juga muncul rasa takut bahwa Anda tidak menjadi penting lagi bagi pasangan.
Pikiran Terbuka
Jadi, bertengkarlah secara sehat. Bagaimana caranya? Berdebatlah. Bertengkar dengan diam dan menyimpan kemarahan justru bisa menyabotase hubungan Anda dan menjadi bom waktu yang akan memisahkan Anda dan pasangan.
Begitu pula jika Anda bertengkar dengan cara saling mengkritik dan menghina. Potensi berpisah akan lebih besar lagi. Jadi, berargumentasilah mengenai masalah yang Anda berdua mengerti. Lalu, cari solusinya.
Bertengkar memang bisa menjadi alat untuk mempercepat penyelesaian masalah antara Anda dan pasangan. Namun, ada satu hal yang perlu diingat. Bertengkar yang sehat memerlukan pikiran yang terbuka, dan tak selalu menghasilkan kata sepakat. Pasalnya, ini bisa memperjelas perbedaan yang Anda dan pasangan miliki, sekaligus memberikan solusi.
Kunci untuk berargumentasi dengan baik adalah Anda berhak untuk tidak setuju dengan pendapat pasangan. Namun, Anda tetap harus menghormatinya. Begitu pula dengan pasangan. Di sinilah pikiran terbuka itu diperlukan.
Hindari masalah lama
Hati-hati, jika pertengkaran yang semula sehat mulai memanas. Jika suara marah Anda sudah mulai menggelegar dan mengatakan hal yang sama berulang-ulang, artinya Anda sudah harus menghentikan dan meninggalkan perdebatan itu untuk sementara waktu. Pasalnya, pertengkaran itu sudah tidak lagi sehat. Mengapa?
Ketika pertengkaran semakin memanas, detak jantung dan hormon stres akan meningkat. Sisi emosional otak Anda menjadi tinggi dan menutup sisi logika Anda. Akibatnya, Anda tidak sanggup lagi bertengkar dengan emosi yang terkendali.
Jika salah satu dari Anda sangat marah, pertengkaran memang bisa jadi salah kaprah dan akhirnya merusak. Jadi, hindari mengungkit masa lalu karena membahas masa lalu hanya akan membangkitkan luka lama. Di saat-saat seperti ini, Anda tak akan bisa berbicara tenang atau berpikir jernih.
Pergi dari pertengkaran
Nah, bagaimana menghindari kata-kata kasar atau melakukan kekerasan fisik? Anda perlu menenangkan diri. Sadari segera jika keadaan mulai panas. Begitu juga jika Anda melihat pasangan sangat emosi. Sebaiknya bersikap lebih tenang dan minta time out, alias waktu jeda.
Bila pertengkaran Anda sering cepat menghebat, cobalah untuk meredamnya. Buat aturan, bila salah satu dari Anda memberikan tanda time out, hentikan pertengkaran. Tak perlu bertanya mengapa. Cukup tenangkan diri saja. Bila sudah larut malam dan Anda merasa sudah waktunya tidur, tidurlah.
Namun, jangan tinggalkan pertengkaran untuk selamanya. Inilah masalah yang terjadi pada banyak pasangan. Mereka bertengkar terlalu sebentar dan meninggalkan pertengkaran karena sangat marah. Namun, mereka tidak membahasnya lebih lanjut dengan alasan merasa tak nyaman untuk memulainya kembali. Psst... itu tidak sehat, lho!
Jadi, buatlah komitmen akan membahas lagi bila sudah tenang dan bisa bicara dengan kepala dingin.