Sebuah riset terbaru mengidentifikasi 95 persen orang cenderung berbohong ketika mereka berkomunikasi melalui pesan pendek atau short message service (SMS). Karena itu sebaiknya Anda jangan pernah cepat percaya dengan isi pesan pendek (SMS) yang dikirimkan orang lain kepada Anda.
Para peneliti berkesimpulan bahwa lebih mudah bagi orang untuk berbohong saat berkomunikasi melalui pesan singkat ketimbang ketika mereka berkomunikasi melalui video. Studi baru ini dipimpin oleh David Jingjun Xu, asisten profesor di Wichita State University School of Business, Wichita, Kan. Ia bekerjasama dengan rekannya dari University of British Columbia (UBC), Kanada, dengan melibatkan 170 mahasiswa.
Dalam risetnya, peneliti menugaskan mahasiswa untuk melakukan perdagangan saham palsu secara langsung, melalui video dan SMS. Para peserta bertindak sebagai broker dan diberitahu bahwa mereka akan menerima hadiah uang tunai untuk penjualan saham yang meningkat. Sementara itu, pembeli diberitahu bahwa mereka akan menerima uang tunai tergantung pada nilai saham mereka, tetapi mereka tidak diberi informasi apapun sebelum melakukan transaksi.
Alhasil temuan mengungkapkan bahwa pembeli yang menerima informasi melalui pesan teks (SMS), sebanyak 95 persen lebih mungkin untuk mengalami penipuan ketimbang mereka yang melakukan komunikasi melalui video. Kenapa ini bisa terjadi? Para peneliti menjelaskan bahwa komunikasi melalui video secara signifikan dapat mengurangi seseorang untuk berbohong, karena membuat orang seolah-olah merasa lebih dekat dan diawasi.
Xu dan rekan juga percaya bahwa temuan ini bisa membantu konsumen menghindari maraknya penipuan yang terjadi di dunia maya atau online.