Sejumlah ilmuwan membuat terobosan dalam bentuk tes untuk mendiagnosis Alzheimer atau pikun. Tes dilakukan hanya dengan menganalisis kondisi hidung.
Adalah Profesor Boris Schmidt dari timnya dari Technische Universitat Darmstadt, Jerman, yang menemukan metode tersebut. Dari endapan protein penyebab Alzheimer yang terdeteksi melalui tes tersebut, risiko Alzheimer sudah dapat terlihat sebelum gejala fisik muncul.
Endapan protein tersebut mengandung senyawa beracun yang disebut tau. Protein yang biasa ditemukan di sel otak penderita Alzheimer itu rupanya juga terbentuk di mukosa membran hidung, jauh sebelumnya gejala kepikunan muncul.
Seiring bertambahnya usia, endapan protein yang menumpuk di dalam sel otak yang sewaktu-waktu dapat 'meledak' dan merusak memori penderita. Saat inilah, gejala fisik Alzheimer mulai muncul. "Dengan tes ini, tahapan diagnosis Alzheimer bisa dilakukan dengan lebih akurat," kata Schmidt kepada Daily Express.
Schmidt mengatakan, tes dilakukan dengan konsumsi obat atau menyemprotkan cairan tertentu yang dapat mendeteksi endapan protein di dalam hidung. "Semakin banyak kami menemukan protein tau di hidung, semakin meningkatkan risiko kerusakan struktur otak di kemudian hari."
Paparan studi Universitas Pennsylvania mengungkap, penderita Alzheimer bertambah dua kali lipat setiap lima tahun. Alzheimer mempengaruhi 13 persen orang berusia di atas 65 tahun dan sampai 50 persen dari orang yang berusia di atas 85 tahun. Sebanyak 90 persen kasus Azheimer terjadi lewat serangan tak terduga.