Katakanlah kamu sudah pacaran sekian tahun,
dari SD misalnya. Dan saat ini kamu dan dia sudah berada di umur yang cukup
masuk akal untuk membina rumah tangga. Kamu dan dia udah punya foto wisuda dan
slip gaji yang lumayan. Undangan resepsi dari kawan-kawan seangkatan pun mulai
berdatangan, kamu pun mulai berpikir, apakah ini saatnya aku menikah? Membina
keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah? Nah gimana dengan pasangan kamu
sendiri? Sebelum kamu sotoy, lebih baik kamu liat ceklis di bawah ini dulu.
Apakah dia–
Memanggil kamu dengan panggilan sayang:
- Mamah/papah
- Ayah/bunda
- Mimih/pipih
- Mas, abang/adek
- Abi/umi
- Dsb yang merupakan panggilan sebagai orang tua
Membicarakan tentang pesta perkawinan setiap
kali:
- Melewati gedung yang bisa disewa untuk pernikahan
- Melewati masjid/gereja/rumah ibadah yang idem
- Pergi ke kondangan temen dan ngumpulin kartu nama katering dan dekor
- Ada berita artis kawin
- Setiap saat, setiap waktu, pokoknya selalu disisipkan di obrolan kalian
Mulai merencanakan banyak hal bersama:
- Tabungan bersama
- Patungan sewa apartemen/kosan bersama
- Nyicil mobil bersama
- Beli rumah bersama
- Pokoknya apapun yang dia rencanakan, kamu termasuk di dalamnya
Mengenalkan kamu ke seluruh keluarga besar:
- Om, tante dan para sepupu kandung sampe yang second dan third degree.
- Adik kakaknya nenek dan kakeknya dari kedua belah pihak
- Seluruh trah paguyuban dinastinya
Mengenalkan kamu ke semua lapisan teman dan
pergaulannya:
- Temen SD – SMP- SMA- Kuliah – Kerja
- Temen kenal di internet
- Temen ketemu ga sengaja di salon terus jadi akrab
- Para mantan dan mantan gebetan
- Semua orang yang dia kenal pokoknya
Keluar di dalam tanpa kontrasepsi dan
tenang-tenang aja.
Hmm. Yah gitu.
Ok sebelumnya, poin pertama emang jijay sih.
Ehm anyway, kalau semua tanda diatas dia ceklis…Ya berarti dia siap. Tapi kalau
semua tanda di atas yang ceklis adalah kamu dan gak pernah muncul duluan dari
dia, ya berarti yang siap kamu, bukan dia. Gitu aja sik.