Suatu saat di dalam kelas kesenian sedang
dilangsungkan diskusi seru seputar perkembangan film Indonesia. Pak dosen
memberi prolog bahwa saat ini industri film Indonesia sedang dalam
gairah-gairahnya.
Yang jadi persoalan untuk didiskusikan adalah
bagaimana kualitas film Indonesia saat ini diukur dari ide, kreativitas,
tawaran-tawaran barunya, tematiknya, dan lain-lain.
Maka terjadilah perdebatan seru seputar
analisis, kritik dan apresiasi film Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa
banyaknya film yang diproduksi bukan indikator kemajuan film Indonesia.
Ada juga yang berpendapat bahwa bagaimanapun
banyaknya film yang sudah diproduksi merupakan bukti kemajuan film Indonesia.
Mahasiswa yang lain berpendapat meskipun film
Indonesia saat ini banyak sekali, namun semua tak berkualitas, "masa gak
ada bedanya film sama video klip," katanya. Wah pokoknya seru sekali
perdebatan saat itu.
Namun, ada satu mahasiswa yang dari awal
diskusi hingga akhir tampak bengong saja seperti enggan terlibat dalam diskusi.
Pak dosen bertanya: "Anton, dari tadi
kamu kok diam saja. Apa kamu nggak suka dengan film Indonesia?"
"Nggak, Pak."
"Lho, kenapa?"
"Nggak ada teksnya, Pak. Kalau film barat
kan ada teksnya."
===================================================================
Setelah menerima rapor, Seorang anak begitu
ketakutan kepada ayahnya karena nilai raprnya sangat jelek.
Ayah: "Sudah pulang Nak!"
Anak: "Su..su..dahh pa." (Sambil
gemetaran)
Ayah: "Sini Papa mau lihat
rapor-mu!"
Anak: "Anu Pa, rapor saya dipinjam
teman.."
Ayah: "Dipinjam? Ngapain temanmu minjam
rapormu?"
Anak: "Dia mau nakut-nakutin orangtuanya
Pa."