Dahulu, bangsa Romawi menggunakan metode yang cukup unik dalam
menginterogasi tawanannya, yaitu dengan cara menggelitiki kaki tawanan tersebut
sampai ia mau membocorkan informasi rahasia yang musuh miliki. Namun, pada
artikel kali ini, tidak akan membahas
hal tersebut lebih dalam, melainkan fenomena aneh yang terjadi ketika kita tidak
merasakan geli ketika kita menggelitiki diri sendiri. Sangat berbeda dengan
yang terjadi apabila orang lain yang menggelitiki kita, dimana kita mungkin
akan merasakan bagaimana "siksaan" yang dialami oleh tawanan perang
pada saat masa Romawi.
Seperti yang kita ketahui, sangat sulit untuk menggelitiki diri sendiri.
Hal ini disebabkan karena otak kita akan mengantisipasi setiap gerakan tubuh
yang kita buat dalam rangka untuk membantu mempercepat respon tubuh. Bagian
otak yang bernama serebelum akan memonitor setiap gerakan tubuh dan juga membedakan
antara sensasi yang telah terprediksi sebelumnya dengan sensasi yang tak
terduga. Umumnya tubuh akan kurang atau sama sekali tidak merasakan sensasi
yang telah terprediksi, dan sebaliknya sangat peka terhadap sensasi yang tak
terduga.
Jadi otak anda akan secara aktif mengantisipasi setiap sensasi sentuhan
yang diterima, tetapi di sisi lain, otak juga aktif mengabaikan sensasi yang
dianggap tidak penting, seperti ketika anda menggunakan jari-jari anda untuk
mengetik, otak akan secara signifikan "menumpulkan" penerima sensasi
sentuhan di ujung jari anda sehingga anda tidak benar-benar menyadarinya
kecuali jika anda secara sadar memfokuskan diri untuk merasakan sensasi
sentuhan keyboard di ujung jari anda tesebut. Hal yang sama juga terjadi ketika
anda mencoba untuk menggelitiki diri anda sendiri.
Para peneliti di University College London melakukan pengujian terhadap
hal ini dengan memindai otak subjek ketika telapak tangan mereka disentuh oleh
diri mereka sendiri dan dibandingkan dengan ketika disentuh oleh peneliti.
Hasil pemindaian otak mengungkapkan bahwa, ketika tubuh disentuh oleh orang
lain, korteks somatosensori (bagian otak yang terlibat dalam pengolahan sensasi
sentuhan) dan cingulate anterior (bagian otak yang terlibat dalam pengolahan
sensasi kesenangan) akan bereaksi jauh lebih kuat dibanding ketika tubuh
disentuh oleh subjek sendiri. Sehingga hal ini dapat menjelaskan kenapa
kita merasa geli dan tertawa jika digelitiki oleh orang lain sementara hal
sebaliknya terjadi ketika kita menggelitiki diri sendiri.
Sederhananya, anda tidak dapat menggelitiki diri anda sendiri karena
tidak adanya unsur kejutan dalam sentuhan yang anda buat sendiri. Otak anda
akan mengantisipasi apa yang akan anda lakukan dengan menggunakan berbagai
macam data sensoris internal dan data visual yang telah tersedia. Jadi, ketika
anda menggelitiki diri sendiri, otak telah dapat memprediksi gerakan tangan
anda dan kemudian membuat saraf sensoris pada bagian kulit yang akan digelitiki
menjadi kurang peka dan mengabaikan sensasi yang diterimanya. Di sisi lain,
ketika orang lain menggelitiki anda, otak tidak menduga sebelumnya akan hal ini
sehingga saraf sensoris yang belum siap akan aktif dan selanjutnya mengirim
informasi ke otak untuk diolah dan akhirnya otak akan menghasilkan respon tubuh
tertentu.
Respon tubuh ketika tubuh kita digelitiki adalah respon panik dan
kecemasan. Ternyata, respon panik ketika yang dihasilkan ketika kita digelitiki
adalah sama persis dengan respon panik ketika ada serangga yang merangkak di
kulit anda. Diperkirakan bahwa respon panik seperti ini adalah mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengantisipasi sentuhan eksternal, seperti serangga yang
memiliki racun yang merangkak pada tubuh anda atau sejenisnya. Tubuh
membutuhkan untuk bereaksi dengan cepat untuk jenis sentuhan tak terduga ini
dan tanpa banyak waktu untuk berpikir menyadari apa yang terjadi, sehingga
tubuh menghasilkan reaksi panik.
Sebuah survei terbaru yang diadakan menunjukkan bahwa rata-rata hanya
32% orang yang menikmati digelitiki. Dari sisanya, 36% tidak menyukai digelitiki
dan 32% sisanya bersikap netral. Dalam studi yang sama, mereka menemukan orang
yang dilaporkan tidak menyukai digelitiki tersenyum lebih sering ketika mereka
digelitiki daripada mereka yang menikmati digelitiki. Hal ini sejalan dengan
penelitian lain yang tampaknya menunjukkan bahwa kita tersenyum dan tertawa
selama digelitiki karena gugup, cemas dan malu.