Di suatu senja, terlihat beberapa ekor angsa terbang di langit yang cerah. Seorang bapak petani dan anaknya
memandang sekelompok angsa tersebut dengan takjub.
Anak: “Ayah, mengapa mereka terbang seperti
membentuk huruf V?”
Bapak: “Karena setiap angsa menciptakan udara
yang naik ke atas untuk angsa di belakangnya dengan mengepakkan sayap mereka.
Formasi itu membantu mereka terbang menempuh jarak 70% lebih jauh daripada jika
terbang sendirian. Jika salah seekor angsa terbang keluar dari formasi, ia akan
merasakan tekanan udaranya lebih besar dan sulit untuk terbang. Itu sebabnya
dia harus segera kembali ke formasi kelompoknya. Angsa itu butuh bantuan sesamanya
yang sedang terbang di depannya. Ketika angsa pemimpin di depan kelelahan, ia
akan beristirahat ke belakang, dan segera angsa selanjutnya mengambil alih
pimpinan.”
Anak: “Angsa-angsa itu pasti kelaparan, karena
mereka berkoak-koak terus!”
Bapak: “Hahaha… Itu bukan karena lapar. Mereka
sedang saling menyemangati. Angsa-angsa yang di belakang terus-menerus bersuara
untuk menyemangati yang di depan agar tetap terbang dan menjaga kecepatan. Sama
seperti kita mendendangkan lagu yang penuh semangat ketika sedang melakukan
sesuatu bersama. Terakhir, dan ini pelajaran yang paling penting, ketika seekor
angsa sakit atau terluka tembak dan jatuh dari kawanannya, dua angsa lainnya
akan mendampingi angsa yang sakit itu, melindungi dan menolongnya mendarat di
tanah. Sampai angsa sakit itu dapat terbang lagi, atau sampai dia mati, dua
angsa itu akan tetap bersamanya. Lalu barulah dua angsa itu terbang lagi untuk
bergabung dengan angsa-angsa lainnya, dan mengambil posisi mereka kembali dalam
formasi tersebut.”