Ada misteri yang di gurun Syria yang terselubung konflik negara Timur
Tengah. Pada 2009, arkeolog Robert Mason dari Museum Royal Ontario sedang
mengerjakan penelitian tentang biara kuno. Ketika berjalan di sekitarnya, Mason
menemukan rangkaian formasi bebatuan. Baris bebatuan, lingkaran batu, dan batu
serupa kuburan telah ditemukannya di utara Syria.
Mason juga melihat formasi batu serupa koral yang disebutnya
sebagai "layang-layang gurun". Batu ini diperkirakan dapat digunakan
untuk menjebak hewan.
Wilayah ini kini sangat kering. Tapi, Mason menduga ribuan tahun lalu
daerah ini lebih hijau.
"Sangat indah, apabila Anda menyukai bebatuan," cetus Mason
seperti dilansir dari laman resmi Universitas Harvard.
Menurut Mason, fungsi formasi bebatuan ini jelas berbeda dengan tembok
batu "layar-layang gurun". Layang-layang itu diatur untuk mengambil
keuntungan dari bentang alam. Batu ini akan mengarahkan binatang ke satu tempat.
Formasi batu yang lebih linier dibuat tampil mencolok pada bentang alam
itu.
Mason tidak menemukan tanda-tanda habitat.
"Tempat ini terlihat seperti bentang alam untuk orang mati,
bukan untuk orang hidup. Ini membutuhkan banyak penelitian. Saya tidak tahu
kapan itu bisa terjadi," ujar Mason.
Dalam perbincangan pada 2010, Mason menceritakan dia merasa seperti
tersandung Salisbury Plain Inggris ketika menemukan bangunan bebatuan itu.
Kisah ini merujuk pada formasi batu yang dijuluki "Bebatuan Suriah".
Mason juga menjelaskan mengenai biara kuno, Deir Mar Musa di wilayah
dekat formasi batu itu. Pengerjaan awal bangunan ini diperkirakan bermula pada
akhir abad ke-4 atau awal abad ke-5.
Biara ini dihuni hingga pada 1800-an. Tapi, gempa bumi berkali-kali
menghancurkannya. Pembangunan sisa reruntuhan pada 1980-an dan 1990-an membuat
biara ini bisa aktif kembali.
Mason menilai biara ini awalnya berguna sebagai menara pengawas bangsa
Romawi. Sebagian bangunan hancur karena gempa dan dibangun kembali. Kompleks
ini diperbesar dengan tambahan struktur baru hingga mencapai ukuran kompleks
modern. Bangunan ini menempel pada tebing kering di gurun sekitar 50 km utara
dari ibukota Syria, Damaskus.
Mason sedang mencari menara pengawas Romawi ketika menemukan
bangunan misterius itu.
Biara ini memiliki banyak lukisan dinding. Sayang, beberapa rusak parah.
Lukisan biara menggambarkan nuansa Kristen dengan perempuan kudus dan gambaran
kiamat.
Mason juga menelusuri rangkaian gua kecil yang diyakini telah digali
biarawan untuk menjadi tempat tinggal. Para biarawan ini kembali ke biara untuk
pelayanan gereja.
Seandainya Mason dapat kembali, dia ingin menggali area di bawah
altar utama gereja. Mason menduga di bawah altar terdapat pintu masuk menuju
makam bawah tanah. Ilmuwan yang menjelaskan penelitiannya di Museum
Semitik Harvard, Amerika Serikat ini telah menerima izin dari petinggi biara
yang baru-baru ini keluar dari negara itu.