Ini hari libur. Cuaca sedang sangat cerah dan
pasti menyenangkan bila Tom dan ibunya menghabiskan waktu dengan bermain di
taman kota. Tom masih berusia 9 tahun, ia adalah anak yatim. Ayahnya meninggal
dalam perang saat ia masih berusia 4 tahun. Tom sering bertanya pada ibunya di
manakah sang ayah berada. Si ibu seringkali menjawab dengan sedikit miris,
namun ia selalu mengatakan dengan tegar bahwa Tom sangat beruntung karena saat
ini Tom punya Ayah yang akan melihatnya di mana pun Tom berada, apapun yang Tom
lakukan.
"Di mana itu, Bu?" tanya Tom.
Si ibu mengusap kepala Tom dan menjawab dengan
senyum tulus, menahan keharuan, "Di surga, Sayangku."
Tom tidak akan protes dengan jawaban ibunya.
Ia selalu berpikir surga itu ada di langit dan tidak jauh dari bumi. Ia berkata
pada ibunya bahwa dia akan jadi pilot atau astronot suatu saat untuk bisa
menemui Ayahnya. Namun bagaimanapun, Ibu Tom juga sering merasa rindu akan
suaminya. Kadang dirasa olehnya bahwa ia tidak sanggup menjadi ayah sekaligus
ibu untuk Tom. Ia sering melihat Tom terpaku melihat anak lain bermain bola atau
bersepeda dengan ayah mereka di taman.
Hari ini juga begitu. Tom mengunyah
sandwichnya sambil melihat ke arah seorang ayah yang sedang bermain basket
dengan dua putra dan satu putrinya. Tiba-tiba bola basket itu menggelinding ke
arah Tom dan Tom mengambilnya. Rupanya mereka juga ingin mengajak Tom bermain.
Ibu Tom mengangguk saat putranya itu menoleh dan meminta ijin bermain dengan
mereka.
"Hai aku Kim. Terima kasih bolanya,"
kata anak lelaki itu.
"Aku Tom," jawab Tom dengan
memicingkan mata karena sinar matahari.
"Itu ibumu?" tanya Kim.
"Ya, dia ibuku," jawab Tom.
"Ibumu cantik dan kelihatan baik. Kau
beruntung."
"Ya, ibuku sangat baik. Kau juga
kelihatan punya ayah yang baik."
Kim tersenyum, "Kami anak angkat. Orang
itu ayah angkat kami dan yang duduk di sana itu, ibu angkat kami. Mereka sangat
sibuk dan baru akhir-akhir ini kami bisa bermain. Tapi tidak apa-apa, sesibuk
apapun, ayah angkat kami akan menyempatkan main setidaknya dua kali
seminggu."
Tom agak terkejut. Ibunya bekerja, tapi selalu
bisa menemaninya sedangkan Kim adalah anak angkat dengan orang tua lengkap,
tapi hanya bisa main dua kali seminggu. Tom jadi kepikiran sembari bermain
basket bersama mereka. Tadinya Tom memang cukup iri dengan mereka yang nampak
bahagia, namun sekarang saat Tom bermain dengan mereka, ia sering menoleh ke
arah ibunya. Rasanya ia kangen sekali pada ibunya yang super sabar menjawab
pertanyaannya, merawat dan menyayanginya.
Seusai bermain dan pamitan dengan keluarga
Kim, Tom segera menghampiri ibunya dan memeluknya erat. "Ibu adalah ibu
terbaik di seluruh dunia," ujarnya dalam pelukan sang Ibu. Setengah
terkejut, Ibu Tom tersenyum, "Bagaimana kau tahu, Tom? Kau kan belum
bertemu dengan ibu di seluruh dunia.". Tom memeluk ibunya lebih erat dan
berkata, "Sudah kok. Kau adalah duniaku, Bu.".
Si ibu terharu, air matanya menetes membasahi
senyumnya yang manis. Tiba-tiba ia merasa sangat bahagia dan seperti melihat
suaminya tersenyum di langit sana.
"Seringkali
kita memuliakan apa yang tidak kita miliki, tanpa menyadari yang kita miliki
adalah yang paling indah untuk hidup kita."