Identitas sebagai muslimah tidak
membuat Baroness Sayeeda Warsi, terhambat dalam menjalani perannya
sebagai Menteri Non Portofolio dan juga ketua Partai Konservatif
Inggris. Diakuinya, identitas itu justru membuatnya tertantang ingin membuat
perubahan.
"Banyak yang mengatakan bahwa kejadian
9/11 mengubah dunia dan cara pandang terhadap Islam. Sebagai muslimah
yang lahir dan besar di Inggris, hal itu juga mengubah dunia saya,"
kata Warsi mengawali kuliah umumnya di kampus UI Depok.
Wanita keturunan Pakistan itu menceritakan,
dia menghadapi tekanan dari dua kelompok masyarakat usai peristiwa 9/11. Selain
dari kaum kulit putih Inggris karena dia dianggap terlalu 'berwarna' dan
terlalu perempuan, Warsi juga mendapat tekanan dari masyarakat Muslim
Inggris.
Sempat mulai bekerja di luar Inggris pada 2002
karena merasa tidak nyaman, Warsi akhirnya kembali dengan tekad menjadikan
Inggris sebagai tempat yang nyaman untuk Islam, dan Islam menjadi nyaman untuk
Inggris.
"Dengan keadaan yang ada sekarang,
nampaknya mudah saja untuk mempolarisasi Barat dan Islam. Visi saya
adalah menyatukan keduanya dengan nilai-nilai," kata alumni University of
Leeds ini.
Menurutnya, nilai-nilai beragama
sekaligus kemanusiaan yang paling mendasar dimulai dari perlindungan terhadap
kaum minoritas. Diakui Warsi, saat ini usaha perlindungan kaum minoritas
di Inggris sudah jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya.
Sayeeda Warsi bukan figur biasa di
partainya, yang kepemimpinannya
didominasi oleh orang kulit putih dari wilayah selatan yang makmur.
Perdana Menteri David Cameron pada tahun 2007
mengangkat Warsi ke House of Lords, membuatnya bertitel Baroness.