Kasus hamil di luar nikah pada remaja putri
alias anak baru gede (ABG) terus bertambah. Hamil saat ABG tidak hanya merusak
indahnya masa-masa muda si remaja tapi juga berisiko besar buat kesehatannya.
Ada beberapa kengerian yang muncul saat ABG ternyata hamil saat belum waktunya.
Mengapa begitu? Karena perempuan yang belum
cukup umur memiliki organ-organ reproduksi yang belum kuat untuk berhubungan
intim atau melahirkan. Akibatnya remaja putri yang hamil di usia ABG berisiko 4
kali lipat mengalami luka serius dan meninggal saat melahirkan.
Berikut beberapa bahaya yang mengancam bila
remaja putri hamil di usia muda (sebelum 20 tahun):
1. Secara organ
reproduksi ia belum siap untuk berhubungan atau mengandung, sehingga jika hamil
berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi
ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan
kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya.
2. Sel telur yang
dimiliki oleh perempuan tersebut belum siap.
3. Berisiko
mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda usia pertama kali seseorang
berhubungan seks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi
virus.
Beberapa risiko medis lain yang dapat terjadi
pada remaja putri yang hamil seperti dikutip dari WebMD, Jumat (24/2/2012)
antara lain:
1. Kurangnya
perawatan kehamilan
Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama
jika tidak memiliki dukungan dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak
mendapatkan perawatan kehamilan yang memadai. Kehamilannya menjadi genting,
terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan.
2. Tekanan darah
tinggi
Remaja perempuan yang hamil memiliki risiko
lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan wanita hamil yang
berusia 20-30 tahun. Kondisi tersebut disebut dengan pregnancy-induced
hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga memiliki risiko lebih tinggi
dari preeklamsia.
Preeklamsia merupakan kondisi medis berbahaya
yang merupakan komninasi dari tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein
dalam urin, pembengkakan tangan dan wajah, serta kerusakan organ.
3. Kelahiran
prematur
Sebuah usia kehamilan penuh berlangsung selama
40 minggu. Bayi yang lahir sebelum 37 minggu dapat dikategorikan sebagai bayi
prematur. Bayi yang lahir lebih awal, memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami masalah pernapasan, pencernaan, penglihatan, kognitif, dan masalah
lainnya.
4. Berat lahir
bayi rendah
Remaja perempuan yang hamil berisiko lebih
tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah. Hal tersebut
karena bayi memiliki waktu yang kurang dalam rahim untuk tumbuh. Bayi lahir
dengan berat badan rendah biasanya memiliki berat badan sekitar 1.500-2.500
gram.
5. Penyakit
menular seksual (PMS)
Untuk remaja yang berhubungan seks selama
kehamilan, penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV adalah perhatian
utama. PMS ini dapat naik melalui serviks dan menginfeksi rahim dan pertumbuhan
bayi.
6. Depresi
postpartum
Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih
berisiko mengalami depresi postpartum, yaitu depresi yang dimulai setelah
melahirkan bayi.
Remaja perempuan yang merasa down dan sedih,
baik saat hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara terbuka dengan
dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat mengganggu merawat
bayi yang baru lahir.
7. Merasa
sendirian dan terkucilkan
Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat
memberitahu orang tuanya bahwa sedang hamil, merasa takut, terisolasi, dan
merasa sendiri dapat menjadi masalah nyata.
Tanpa dukungan keluarga atau orang dewasa
lainnya, remaja perempuan yang hamil cenderung tidak akan makan dengan baik,
olahraga, atau mendapatkan banyak istirahat.