Metode orang atheis untuk membuktikan bahwa
Tuhan itu tidak ada adalah dengan doa minta roti.
Suatu hari, seorang guru di sebuah negara
menerapkan metode tersebut kepada murid-muridnya.
"Anak-anak, Tuhan itu tidak ada. Mau tahu
buktinya? Coba, Agus maju ke depan dan berdoa kepada Tuhan minta roti!"
Anak yang pintar ini maju lalu berdoa minta
roti pada Tuhan. Ternyata tidak muncul roti sepotong pun.
"Nah, Agus, mana rotimu?" tanya sang
guru.
Jawab Agus, "Tuhan memang tidak mau
memberi roti, percuma saja, karena Dia tahu saya sudah sarapan pagi sampai
kenyang sekali!"
==========================================================
Alkisah terdapat seorang pemuda tanggung
berusia belasan tahun, bernama UDIN.. Udin sangat menyukai seorang gadis, LELA,
yang merupakan anak dari seorang kyai ternama di lingkungan masyarakatnya. Kyai
yang biasa dipanggil PAK HAJI itu mengajar di banyak pengajian, di antaranya
pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak, juga pengajian untuk para
pemuda-pemudi.
Udin yang sangat menyukai Lela, akhirnya
memutuskan untuk mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Pak Haji itu, karena
Lela aktif di situ. Semakin lama Udin semakin rajin dan cepat menangkap apa
yang diajari oleh Pak Haji, akhirnya Udin tumbuh menjadi pemuda yang pandai
mengaji.
Suatu hari, Udin tidak tahan untuk menunjukkan
rasa sukanya pada Lela, tapi dia tau, Lela tidak akan mau menerima cintanya,
karena Lela gadis yang SANGAT PATUH dan TAAT pada orang tuanya..
Setelah berfikir lama, akhirnya Udin
memutuskan satu cara..
Saat itu Pak Haji sedang menunaikan shalat
sunnah di Mushalla samping rumahnya selepas pengajian. Semua murid sudah
pulang, tinggal Udin seorang. Ketika Pak Haji sedang dzikir, Udin
menyembunyikan sandal Pak Haji di bawah pohon samping Mushalla. Saat Pak Haji
hendak pulang, beliau mencari sandalnya. Ketika dilihatnya si Udin, Pak Haji
bertanya :
Pak Haji : "Din, lu liat sendal gua
kaga?"
Udin : "Sendal yang mana Pak Aji??"
Pak Haji : "Sendal yang biasa gua pake..
yang kulit.."
Udin : "Oh, yang itu, perasaan tadi
dibawa pulang dah ama si Lela."
Pak Haji : "Kok di bawa pulang? Ambilin
dah Din, tolong. Masa iya gua pulang kaga pake sendal."
Udin : "Iya, Pak Aji, bentar ya"
Berangkatlah Udin ke rumah Pak Haji yang
notabene di samping Mushalla itu. Sampai di depan, udin mengetuk pintu rumah
Pak Haji, dan ternyata Lela yang membuka pintu rumahnya.
Udin : "Assalamu'alaikum, La"
Lela : "Wa'alaikumussalam. Ada apa
bang?"
Udin : "Gini La, Pak Aji NYURUH KAMU
NYIUM SAYA"
Lela : "Hah?? Maksud abang Udin apaan
sih? Masa baba gitu?"
Udin : "Bener La. Masa iya saya boong,
nih saya tanyain ya"
Udin : (teriak ke arah Mushalla) : "Pak
Ajiii,, GA DIKASIH NIIIIH"
Pak Haji : (teriak juga) : "KASIH
LELAAAA..."
Lela yang kaget tidak percaya agak bengong
sebentar, tapi karena dia anak yang sangat patuh pada orang tua, akhirnya
mencium pipi kiri Udin. Udin yang seneng, mulai ngelunjak..
Udin : "La, yang kanan belom"
Lela : "Apa-apaan sih bang Udin !!!"
Udin : (teriak lagi ke Pak Haji) : "Pak
Ajiiii,,, DIKASIHNYA CUMAN SEBELAAAAAH"
Pak Haji : (teriak lagi juga ke rumah) :
"KASIH DUA-DUANYA NURLELAAAA..."
Akhirnya Lela nyerah, dia pun mencium pipi
kanan Udin.. Dengan hati riang karna siasatnya berhasil, setelah berterima
kasih ke Lela, Udin pun mengambil sandal kulit Pak Haji yang tadinya
disembunyikan di bawah pohon samping Mushalla, kemudian memberikannya kepada
Pak Haji yang sudah menunggu di teras Mushalla.
Udin : (sambil menyodorkan sandal kulit),
"Ini Pak Aji, sendalnya. Bener kan ama si Lela."
Pak Haji : (sambil mengusap-usap kepala Udin)
: "Iya, makasih ya Din."